Senin, 19 Januari 2009

BERKOMUNIKASI DENGAN HATI NURANI

( COMMUNICATION BY HEART)

Oleh :

Akh. Muwafik Saleh, S.Sos, M.Si.*

Pernahkah kita evaluasi tentang bagaimana cara kita berkomunikasi dengan orang lain selama ini?, apakah kita pergunakan perasaan saat berkomunikasi dengan orang lain, misalkan saat anda menulis kalimat SMS pada rekan atau kolega anda. Apakah telah anda rasakan terlebih dahulu kalimat yang anda tulis tersebut? Nyamankah atau tidak saat dibaca oleh orang lain? Menyinggung perasaan dia atau tidak?. Begitu pula saat anda berkomunikasi, pernahkah anda rasakan setiap kalimat yang anda ucapkan, sikap-sikap yang anda tampilkan. Apakah semua itu nyaman bagi orang lain atau tidak?.

Persoalannya kenapa kita harus hidupkan hati dalam berkomunikasi ?. Terdapat beberapa alasan mengapa hati perlu kita hidupkan dalam berkomunikasi dengan orang lain, yaitu : pertama, bahwa setiap orang tidak hanya memiliki akal rasionalitas tapi juga hati yang berfungsi utuk merasakan dan menimbang sesuatu. Sehingga seiap kata atau sikap tidak hanya tangkap oleh akal namun juga akan diolah oleh rasa. Apakah kata-kata itu nyaman atau tidak. Sebagaimana mungkin suatu ketika rekan anda sedang menyembunyikan sesuatu ataupun berbohong pada anda, lantas anda merasakan ada sesuatu yang tidak beres dari apa yang dia katakan. Pertanyaannya, apakah pada saat anda mencurigai dia sedang menyembunyikan sesuatu dari ucapannya tersebut yang anda pergunakan untuk menilai adalah kemampuan akal rasionalitas anda semata? atau bahkan perasaan anda?. Tentu yang kedualah yang anda pergunakan, bukan?. Kedua, kata-kata adalah cerminan isi hati seseorang. Ibarat hati sebuah gelas, maka kata-kata dan tindakan adalah tumpahan atas air yang dituangkan pada gelas tersebut. Untuk itu sesungguhnya kata-kata atau sikap adalah informasi tentang diri anda, tentang siapa anda dan bagaimana karakter anda. Sebuah pesan akan membangun citra diri anda. Ketiga, sebagaimana dalam prinsip komunikasi bahwa setiap tindak komunikasi kita berpotensi komunikasi dan setiap orang berpeluang untuk menginterpretasi setiap pesan yang kita produksi dan kita komunikasikan.

Bagaimana menghidupkan hati dalam berkomunikasi? Beberapa hal yang dapat kita lakukan adalah dengan membangun kepekaan atau sensitifitas diri kita terhadap sikap-sikap orang lain. Dengan mencermati bahasa tubuh orang lain saat mereka berinteraksi dengan kita. Apakah mereka antusias dan perhatian saat berinterkasi dengan ita atau bahkan sebaliknya kurang nyaman dan defensif?. Sikap-sikap bahasa tubuh tersebut menjelaskan tentang apa yang sedang terjadi dalam pikiran mereka saat berkomunikasi dengan anda atau orang lain. Karena bahasa tubuh adalah sebagai penjelas dan peneguh atas pesan-pesan verbal yang diproduksi oleh seseorang. Kemudian perlihatkan kepedulian anda terhadap orang lain pada hal-hal sekecil apapun yang dilakukannya. Misalkan pada saat dia sedang butuh sesuatu, maka tanyakan dan penuhilah kebutuhanya tanpa harus dia memintanya. Karena dengan hal seperti ini anda akan dapat mempengaruhi orang lain berdasarkan kebutuhan mereka. Selanjutnya Optimalkan indera anda dalam mengamati sikap dan tindakan komunikasi orang lain. Dengarkan dengan penuh antusias setiap perkataan mereka, jadilah pendengar yang baik. Mendengar secara aktif dan penuh perhatian. Lihat dan cermati dengan teliti sikap dan bahasa tubuh mereka tentang apa yang sebenarnya ingin mereka sampaikan. Rasakan perasaan mereka dengan penuh empati. Bantu kebutuhan mereka tanpa harus terlebih dahulu mereka mengungkapkannya. Dan mulailah dari diri anda untuk memulainya dan lakukan mulai dari al-al yang kecil maupun yang anda anggap sepele.

WUJUD KOMUNIKASI DENGAN HATI (COMMUNICATION BY HEART)

1. Bersedia mendengarkan

Berkomunikasi dengan menggunakan hati membutuhkan kesediaan untuk mendengarkan orang lain dengan lebih baik. Kemampuan mendengarkan adalah kemampuan pertama yang harusnya dimiliki oleh setiap orang sebelum mereka menjadi pembicara yang handal. Karena tidak sedikit orang pandai berbicara namun memiliki kemampuan yang rendah dalam mendengarkan dan hal ini akan mengakibatkan pada tingkat simpati yang diberikan orang lain terhadap dirinya menjadi lemah. Terdapat beberapa manfaat bagi anda apabila mau mendengarkan orang lain, yaitu antara lain :

Menjauhkan anda dari kesukaran.

· Memberitahukan kepada anda apa yang sedang terjadi.

· Membuat diri anda lebih kompeten

· Membuat diri anda tampak cerdas

· Meningkatkan keampuhan anda

· Membantu anda memahami orang lain

· Memenangkan perhargaan

· Negosiasi bagi anda

· Mengurangi rasa marah pada orang lain

· Membangun pengakuan dalam diri orang lain

· Mengantarkan cinta dalam hidup anda

Untuk menjadi pendengar yang baik tentu anda perlu melatihkannya. Karena mendengar membutuhkan kesabaran ekstra. Sabar untuk menahan keinginan untuk mengungkapkan sesuatu, karena pada prinsipnya manusia memiliki sifat dasar ingin selalu berbicara. Misalya disaat rekan anda menceritakan tentang peristiwa tabrakan yang dilihatnya tadi malam, tentu seketika pula anda ingin menceritakan persoalan serupa yang mungkin anda pernah mengetahuinya.

Hal yang dapat dilakukan oleh anda untuk melatihkan kemampuan mendengar adalah sebagai berikut :

· Diam, karena anda anda tidak mungkin bisa mendengarkan perbincangan orang lain dengan baik jika anda turut berbicara.

· Sadarilah bahwa mendengarkan adalah sesuatu yang anda lakukan demi sukses pribadi

· Bersedia mendengarkan lebih baik

· Mengurangi rasa mementingkan diri sendiri

· Siaplah untuk mendengarkan

· Berikan konsentrasi lebih besar kepada pembicara

· Amati isyarat non verbal

· Tahan nafsu anda untuk mengungkapkan

· Jangan rencanakan tanggapan anda ketika orang sedang bicara

· Berusahalah pahami perasaan pembicara

· Tatap wajahnya dan Berikan anggukan kepala anda dengan meyakinkan

· Hadapkan seluruh tubuh anda pada pembicara

2. Memberi kesempatan orang lain untuk berbicara

Berilah kesempatan kepada orang lain untuk mengungkapkan ide, pikiran dan maksud-maksudnya tanpa harus anda potong perbincangan. Dengan begitu akan memudahkan anda mengetahui lebih banyak apa yang diinginkan oleh orang lain dan memudahkan bagi anda untuk memenuhinya pula.

3. Bersikap antusias dengan lawan bicara

Antusiasme adalah penghargaan yang anda berikan pada orang lain. Antusiasme adalah virus yang anda tularkan agar orang lain pun bersikap antusias saat berinteraksi dengan anda. Sikap antusiasme adalah sikap penuh gairah, gembira,semangat yang menyala-nyala, berapi-api yang muncul dalam diri secara internal. Sikap antusiasme anda akan menjelaskan tentang bagaimana anda menghargai hidup anda dan menghargai orang lain serta membuat orang lain merasa diperhatikan dan dihargai. Salah satu bentuk sikap antusiasme saat berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain misalnya, mengarahkan posisi tubuh pada lawan bicara saat berbicara, mengembangkan senyuman tulus dengan bibir simetris dan terus mempertahankannya selama berkomunikasi, melakukan kontak mata langsung penuh perhatian serta menganggukkan kepala tanda persetujuan dan perhatian, memberikan ungkapkan “ya” tanda keseriusan serta memelihara kekaguman anak-anak dalam diri anda saat berinterkasi dengan orang lain.

4. Tampilkan wajah bersahabat. Wajah bersahabat tampak dari senyuman anda dengan setiap orang. Dalam hadist nabi menyebutkan dengan istilah wajah yang berseri-seri sebagai bagian dari shadaqah yang dapat anda berikan pada setiap orang.

5. Jadikan diri anda aman & nyaman bagi orang lain.hal ini bisa anda amati dan rasakan dari setiap pesan yang anda produksi dan disampaikan pada orang lain saat berinteraksi.

6. Pilih & rasakan setiap kata yang diucapkan. Memilih kata-kata dan sikap adalah langkah awal sebelum anda berkomunikasi. Pemilihan kata dan sikap perlu disesuaikan dengan tema dan karakter pada masing-masing orang. Karena terdapat orang yang sangat peka dengan kata-kata ada pula yang tidak. Misalnya pada saat anda bergurau dengan orang lain, terkadang ada orang yang menanggapi dan menginterpretasi dengan cara berbeda seperti yang anda maksudkan. Untuk itu pengenalan terhadap karakter kepribadian lawan bicara anda menjadi informasi penting dalam persoalan ini.

7. Bicara yang penting dan bermanfaat. Nilai efektifitas komunikasi yang kita lakukan tidaklah semata dilihat pada sejauh mana pesan yang disampaikan dapat dipahami dan mempengaruhi orang lain, melainkan juga pada tingkat kualitas dari pesan yang anda sampaikan, apakah mampu memberikan manfaat bagi orang lain atau tidak sama sekali. Informasi yang anda sampaikan penting atau tidak, atau hanya sekedar basa-basi, lebih-lebih bicara yang penuh dengan kebohongan dan kejelekan yang berdampak negatif bagi orang lain. Tentunya tema perbincangan yang terakhir harus kita jauhi karena tidak memberikan manfaat sedikitpun pada diri kita dan orang lain. Serta dapat merendahkan kredebilitas kita sebagai pembicara (etos komunikator).

8. Tema perbincangan mampu menjadi ilmu dan dzikir bagi orang lain. Inilah mungkin yang perlu lebih banyak kita produksi saat kita berkomunikasi dengan orang lain, sehingga mampu menjadikan kita sebagai sumber informasi yang terpercaya dan membuat orang lain mendapatkan banyak kemanfaatan dari diri kita. Sehingga lebih dibutuhkan oleh orang lain.

9. Tulus dalam setiap ucapan dan tidak berpura-pua, diungkapkan secara jujur, keluar dari hati, serta menjauhkan dari kepentingan-kepentingan tersembunyi (hidden interest) dalam berinteraksi dengan orang lain. Karena keberpura-puraan dalam berkomunikasi akan dengan mudah ditangkap oleh orang lain melalui bahasa tubuh yang kita tampilkan. Untuk itu hal yang harus ditinggalkan oleh diri kita saat berkomunikasi dengan orang lain hádala sikap-sikap negatif sebagaimana berikut : Bicara yang sia-sia (termasuk guyonan yang berlebihan), Bicara yang engandug unsur dusta dan kebohongan, suka menyebarkan gosip, aib dan fitnah, informasi yang bertujuan untuk mengadu domba orang lain, menjelekkan dan merendahkan orang lain, Berlebihan dalam bicara (hiperbolis) serta Overdiscloser.

* Dosen Ilmu Komunikasi Facultas Ilmu Social Universitas Brawijaya. Pimpinan Lembaga Pelatihan INSAN DINAMI INDONESIA, bergerak dalam pelatihan Komunikasi, Kepemimpinan, Motivasi & Pengembangan Diri. Penulis buku : Spiritual Worker, Bekerja dengan Hati Nurani.

Melayani dengan hati nurani


MELAYANI DENGAN HATI NURANI
SPIRITUAL SERVICE EXCELLENT
Oleh : Akh. Muwafik Saleh, S.Sos, M.Si.

Budaya melayani secara prima adalah salah satu wujud dari bersihnya hati. Hati yang selalu siap menerima keberadaan orang lain dan hati yang selalu menggelorakan nilai-nilai kebaikan sehingga selalu mengobsesikan dirinya untuk dapat memberikan yang terbaik dan bermanfaat untuk orang lain dan inilah hakekat dari fitrah, yaitu kecenderungan kuat untuk selalu berbuat kebaikan dan kesucian. Bagi seorang muslim, sekurang-kurangnya mengucapkan “iyyaka na’budu” (hanya kepadaMU kami menyembah/menghamba) sebanyak 17 kali sehari dalam ibadah solatnya, maka setidaknya kalimat ini perlu kita renungkan makna dan implikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Na’budu artinya adalah menyembah ssebagai wujud penghambaan diri. Menghamba berarti menjadi seorang hamba, yaitu selalu memiliki kesadaran dengan penuh keikhlasan untuk melayani, sebagaimana seorang hamba sahaya yang selalu melayani tuannya.
Menarik untuk disimak, pernyataan “iyyaka na’budu” diungkapkan dengan bentuk dhamir (kata ganti) jamak, “Na’budu” (kami menyembah/mengabdi), bukan “a’budu” (aku mengabdi). Ada unsur kebersamaan. Dalam melayani, ego keakuan kita tanggalkan lalu kita gantikan dengan rasa kebersamaan (saling melayani) dan berarti kita sadar bahwa dengan melayani berarti kita telah menjadi lebih bermakna dengan kehidupan. Mampu memberikan kemanfaatan bagi yang lain, sehingga orang lain betul-betul merasakan keberadaan kita yang tidak hanya sekedar ada. Kita sadar bahwa: “Kita ada karena kita melayani, dan siapapun di luar diri kita berhak mendapatkan pelayanan terbaik dari kita (Customer). Bersedia melayani berarti memberikan yang terbaik bagi orang lain. Pelayanan yang terbaik di saat kita mampu mengetahui apa yang dibutuhkan oleh orang lain dan inilah yang dinamakan empati, yaitu kemampuan untuk menempatkan posisi diri pada apa yang dibutuhkan dan dirasakan oleh orang lain. Empati adalah inti dari pelayanan prima. Sedangkan mendengarkan dan merasakan adalah inti dari pada empati itu sendiri.
Toto Tasmara (1987) mencoba memberikan makna secara kreatif dari kepanjangan SERVICE, yaitu sebagai berikaut:
S (Self Awareness and Self Esteem); menanamkan kesadaran diri bahwa melayani adalah bagian dari citra diri sebagai seorang muslim dalam menjalankan misinya dalam kehidupan. Ia sadar bahwa ia ada karena melayani. Ia mempunyai harga karena mampu memberikan makna bagi kehidupan melalui pelayanannya tersebut. Ia sadar, tidak mungkin seorang dapat melayani tanpa memperhatikan martabat orang lain.
E (Empathy and Enthusiasm); lakukanlah empati dan layanilah dengan penuh antusias. Sikap ini akan membrikan efek batin bagi diri anda dan orang lain yang anda layani.
R (Reform and Recover); Berusaha untuk lebih baik dan lebih baik lagi, dan selalu memperbaiki dengan cepat setiap ada keluhan/sesuatu yang bisa merusak pelayanan anda.
V (Victory and Vision); Melayani berarti ingin merebut hati dan membawa misi untuk membangun kemenangan bersama. Dalam melayani, kita harus memiliki pandangan kedepan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan mutu.
I (Inisiatif, Impressive and Improvement); Milikilah inisiatif yang tinggi, memiliki kepekaan untuk mengawali dalam melayani, memberikan pelayanan yang mengesankan dan selalu berusaha untuk meningkatkan perbaikan dalam pelayanan.
C (Carl, Cooperativeness and Communication); Tunjukkan perhatian yang sangat mendalam dan kembangkanlah nilai-nilai yang mampu memberikan kerja sama. Ambillah komitmen sebagai jembatan emas untuk menumbuhkan sinergi dan keterbukaan.
E (Evaluation and Empowerment); Lakukanlah penilaian, perenungan dan upayakanlah selalu untuk memberdayakan seluruh aset yang ada pada diri anda.
Empati sebagai inti pelayanan terbaik (service excellent) haruslah mampu menjadi bagian dari setiap perilaku anda dalam berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, untuk membangun kemampuan empati kepada orang lain, cobalah anda berempati pada diri anda sendiri dengan menangkap pesan yang ada pada tubuh anda. Berikut tips untuk membangun empati antara lain:
  1. Telinga; Latihlah kemampuan diri anda untuk mendengarkan keinginan dan harapan orang lain, keluhan-keluhan orang lain. Karena sesungguhnya dengan mendengarkan keinginan mereka anda akan lebih banyak mengetahui tentang apa yang sebenarnya terjadi (sebagai modal diagnosis awal). Sehingga memudahkan anda menemukan solusinya. Dengan mendengar membuat anda dapat memahami orang lain lebih baik. Sedangkan bagi orang lain, mereka merasa dihargai serta mampu membangun pengakuan dalam diri mereka.
  2. Mata; milikilah kemampuan untuk melihat secara jeli apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh orang lain dan belajarlah dari setiap pengalaman serta terbukalah terhadap masukan karena hal itu memudahkan bagi anda dalam melayani orang lain, lihatlah kelebihan orang lain, berikan perhatian pada orang lain dengan sungguh-sungguh, lalu munculkan padanya kasih sayang pada mereka dan berikan pelayanan dengan penuh cinta.
  3. Hati; rasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, apa yang sesungguhnya menjadi kebutuhan mereka. Hidupkan hati anda dengan cinta dan keikhlasan dalam memberikan pelayanan kepada orang lain. Dengan berkomitmen bahwa pelayanan yang anda berikan adalah wujud dari keimanan anda yang mendalam serta wujud dari kefitrahan diri anda yang suci dan bersih.
  4. Akal/rasio; hadirkanlah selalu dalam pikiran anda tentang orang lain (customer). Buang jauh-jauh egoisme diri anda dalam memberikan pelayanan kepada orang lain. Sesungguhnya wilayah pengakuan terhadap diri kita sangatlah ditentukan oleh wilayah berfikir anda. Jika anda selalu berfikir tentang diri anda maka hanya andalah yang mengakui diri anda, jika yang selalu anda fikirkan adalah keluarga maka wilayah pengakuan terhadap diri anda adalah sebatas keluarga itu, begitu pula seterusnya. Berfikirlah selalu bagaimana agar diri anda dapat menjadi bagian dari solusi bukan masalah, sehingga keberadaan anda menjadi sangat berarti bagi kehidupan.
  5. Tangan; ulurkan tangan anda untuk memberikan bantuan akan persoalan yang dihadapi oleh orang lain. Biasakanlah diri anda untuk memberi terlebih dahulu perhatian, bantuan dan pelayanan kepada orang lain. Jangan bersikap ingin memperoleh atau mendapatkan sesuatu sebelum anda memberikannya terlebih dahulu.
  6. Kaki; gerakkanlah kaki anda untuk melangkah dalam kehidupan ini guna memberikan contoh teladan yang baik bagi rekan-rekan anda dalam melayani orang lain. Yakinlah diri anda bahwa sikap keteladanan adalah yang paling utama dalam mempengaruhi orang lain. Ingatlah sebuah ungkapan “Action Speak Leader Than Words” (satu perbuatan yang anda lakukan dan anda contohkan jauh lebih bermakna daripada seribu kata-kata yang anda ucapkan). Jadikan keteladanan menjadi bagian terpenting terhadap anda. Biarlah rekan-rekan melihat anda melalui perbuatan anda. Ingatlah selalu ungkapan ini. Berkatalah dengan perbuatan jangan berbuat hanya dengan kata-kata, atau yang sering orang katakan dengan NATO (No Action, Talk Only).
Berkenaan dengan hal-hal di atas Allah berfirman dalam Al Qur’an, Q.S. 17 Al Isra’ 36
“….Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya”.

Sedangkan bagi mereka yang memiliki hati, telinga dan mata namun tidak dipergunakan dan tidak diaktifkan untuk menerima kebenaran dan menyebarkan kebaikan, Allah SWT mengancamkannya dengan firmanNYA :
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, (yaitu) mereka yang memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al A’Raaf 7:179)

Dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi orang lain, cobalah anda berpegang pada beberapa prinsip pelayanan dan empati sebagaimana berikut:
a. Jadikanlah melayani sebagai bagian dari ibadah anda. Setiap perbuatan baik sekecil apapun selama diniatkan untuk mendapatkan ridha dari Allah adalah berbuah pahala dan bernilai ibadah. Melayani merupakan wujud taqwa (tanggung jawab) kita terhadap keimanan kita. Seorang yang beriman akan selalu merasa bahwa dirinya dilihat dan dinilai oleh Allah (sikap ihsan) sehingga terobsesi untuk selalu menampilkan yang terbaik karena Allah hanya menerima yang terbaik saja (ahsanu ‘amalan).
b. Layanilah dengan penuh keikhlasan, melayani tidak atas dasar kepentingan materi duniawi, keinginan untuk dihargai dan dihormati, harapan untuk dapat dinilai oleh orang lain atau pimpinan anda. Tapi sikap melayani hanya semata-mata untuk mendapatkan nilai dari Allah. Karena Allah hanya menilai amaliyahayang dilakukan dengan ikhlas.
c. Dahulukanlah kepentingan orang lain, di atas kepentingan pribadi anda. Karena itulah tanda kesempurnaan keimanan anda dan jadikanlah cinta sebagai prinsip dalam pelayanan anda. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Tidaklah (sempurna) keimanan salah seorang di antara kamu sekalian, sehingga ia mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. (H.R. Bukhari Muslim)

Hal ini berarti anda harus mampu menghargai orang lain sebagaimana diri anda ingin dihargai begitu pula. Anda harus mampu mengerti orang lain terlebih dahulu sebelum anda ingin dimengerti dan bahagiakanlah orang lain terlebih dahulu maka anda akan mendapatkan kebahagiaan melebihi dari apa yang anda harapkan.
d. Yakinkanlah pada diri anda bahwa dengan memberi terlebih dahulu yang terbaik maka anda akan memdapatkan yang terbaik pula atau bahkan lebih baik lagi. Ingatlah prinsip “salam”. Bagaimana mungkin anda akan mendapatkan jawaban doa keselamatan “wa’alaikum salam” (kepadamu keselamatan) kalau anda tidak mengawalinya memberikan/ mengucapkan salam “Assalamu ‘alaikum” terlebih dahulu?
e. Tampilkan sikap dan performan yang simpatik terhadap setiap orang dengan penuh senyum dan wajah penuh ceria, sebagaimana dalam sebuah syair Raihan:
Manis wajahmu kulihat di sana
Apa rahasia yang tersirat
Tapi zahirnya dapat kulihat
Mesra wajahmu dengan senyuman
Senyuman...
Senyum tanda mesra
Senyum tanda sayang
Senyumlah sedekah yang paling mudah
Senyum di waktu susah tanda ketabahan
Senyuman itu tanda keimanan
Senyumlah... ...
Hati yang gundah terasa tenang
Bila melihat senyum diri kan tenang
Tapi senyumlah seikhlas hati
Senyuman dari hati jatuh ke hati

Senyumlah seperti Rasulullah
Senyumnya bersinar dengan cahaya
Senyumlah kita hanya kerana Allah
Itulah senyuman bersedekah

Itulah sedekah paling mudah
Tiada terasa terhutang budi
Ikat persahabatan antara kita
Tapi senyum jangan disalah guna

Senyum... ...
Senyumlah kita

Senyumlah... ...
Senyumlah penawar duka
Senyumlah penyejuk hati

PANDUAN MEMILIH PEMIMPIN

Oleh : Akh. Muwafik Saleh

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu sebagai kekasih-kekasih/pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa diantara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.” Q.S At Taubah : 23

Syarat seorang pemimpin, menurut Imam Mawardi “Al ahkam ash shulthaniyyah wal wilaayaatu ad diiniyyah”. Mensyaratkan 7 hal :

1. Adil : mampu memposisikan secara benar dirinya dan memposisikan secara benar rakyatnya (umat), artinya jika umatnya beraga islam maka aturan islamlah yang akan dijadikan acuan bagi penyelenggaran dan pengelolaan sosial hukumnya.

2. Berilmu : memiliki kemampuan dalam mengelola negara dan masyarakat, secara cepat dan tepat dalam mengambil kebijakan yang tentunya berpihak pada umat.

3. Sehat : fisik maupun non fisik (lengkap panca indera), secara emosi matang, tidak mudah bersikap provokatif, tenang dalam bersikap dsb.

4. Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya, sehingga tidak menghalanginya untuk bergerak cepat dan sempurna.

5. Memiliki Visi yang baik, sehingga dapat menciptakan kebijakan yang berpihak pada kepentingan dan kemashlahatan umat.

6. Memiliki keberanian dan sifat menjaga rakyatnya, sehingga mampu menciptakan suasana yang kondusif bagi stabilitas politik dan ekonomi.

7. Ia memiliki nasab dari suku quraisy.

Panduan dalam memilih pemimpin

1. Seorang Laki –laki, berdasar firman Allah :

Q.S.

2. Seorang muslim yang takwa dan taat, hal ini bisa terlihat dari indikator :

  1. perilaku keseharian
  2. ubudiyah
  3. kehidupan keluarganya

3. Dikenal :

  1. personalitinya
  2. visinya
  3. misinya
  4. platformnya

4. Keberpihakannya terhadap umat :

  1. dapat dilihat dati trade record dalam kurun waktu yang panjang tentang keberpihakannya dan kebijakannya selama dia berkuasa / menjabat khususnya keberpihakannya pada umat.
  2. Tidak pernah menyakiti umat
  3. Aspiratif terhadap umat
  4. Logika realitas politik (AS) : siapapun yang dimusuhi AS pasti mereka aspiratif terhadap umat. Bentuk dimusuhi misal : dengan isu-isu HAM, character assasination, penciptaan opini negatif. Sedangkan mereka yang tidak cukup aspiratif terhadap umat tentu akan sangat didukung dalam bentuk : dukungan dana, penciptaan opini positif, akses media dsb.

5. mengutamakan Iman (Agama) daripada kekafiran.