Jumat, 31 Desember 2010

KEKUATAN VISUALISASI SUKSES

KEKUATAN VISUALISASI SUKSES
oleh : Akh. Muwafik Saleh


Visualisasi sukses adalah cara yang paling efektif untuk mencapai kenyataan sukses. visualisasi sukses adalah membayangkan dalam benak dan menggambar dalam pikiran tentang apa yang ingin diwujudkannya. Inilah yang nantinya akan mengarahkan segala usaha untuk menjadi sebuah kenyataan yang sesungguhnya. Apa yang kita visualisasikan akan memberikan pengaruh yang luar biasa pada diri kita untuk mewujudkannya. Mungkin kita tidak sadar bahwa pada saat kita sedang menvisualisaikan sesuatu maka sesungguhnya kita sedang membangun sebuah pencitraan tersendiri dalam otak kita.
Dalam sebuah penelitian eksperimental tentang seorang atlet p
elari yang diminta untuk membayangkan sebuah kemenangan atas dirinya. Sang pelari tersebut dipasang alat pendeteksi otot sesaat sebelum berlari. kemudia sang pelari disuruh membayangkan saat dia ada di lintasan, bersiap untuk lari, dan berlari sekuat tenaga untuk menjadi pemenang. Saat sang pelari memvisualisasikan apa yang diperintahkan, alat pendeteksi jaringan otot yang bekerja menunjukkan semua otot menjadi ikut bergerak seolah-olah terjadi kejadian sesungguhnya dari apa yang dibayangkan sang pelari. Semua otot yang berhubungan dengan bagaimana kaki mendapatkan kekuatan menunjukkan respon. Otot punggung sebagai pemberi kekuatan menegang saat sang pelari membayangkan posisi bersiap. Kemudian otot kaki menunjukkan reaksi yang tak kalah hebatnya saat sang pelari membayangkan dia dalam posisi berlari untuk menjadi nomor satu. Visualisasi seakan menjadi sebuah mekanisme yan

Rabu, 29 Desember 2010

Pygmalion & Kekuatan Berpikir Positif

PYGMALION & THE POWER OF POSITIVE THINGKING
oleh : Akh. Muwafik Saleh


Pikiran positif kita akan mengarahkan diri pada apa yang kita pikirkan. Kesuksesan dan kebahagiaan seseorang itu bisa dikendalikan dan dicapai lewat pikiran yang positif. Napoleon hill mengatakan, Apabila kita berfikir kalah , maka akan kalah. Apabila kita berfikir tidak berani, maka tidak akan berani. Apabila kita ingin menang tapi tidak merasa yakin, boleh dikatakan kita tidak akan menang.
Apabila kita berfikir untuk rugi, kita telah rugi. Karena di dunia ini kita temukan sukses dimulai dari segalanya dalam pikiran. Apabila kita menganggap diri kita unggul, maka akan menjadi unggul. Kita harus bercita-cita tinggi untuk bangkit.
Kita harus merasa yakin terhadap d
iri sendiri, sebelum kita dapat memenangkan suatu hadiah. Perjuangan hidup tidaklah senantiasa memihak pada yang lebih kuat atau yang lebih cepat.Tapi cepat atau lambat, sang pemenang adalah orang yang berfikir dia pasti menang. Karena segalanya ada dalam pikiran kita. Pikiran positif kita terhadap sesuatu adalah modal awal untuk menggapai sukses. Pikiran positif akan mendorong munculnya energi positif yang mampu melahirkan sikap-sikap positif yang mengarahkan pada penca

Sabtu, 25 Desember 2010

THE POWER OF DREAM (KEKUATAN MIMPI)

KEKUATAN MIMPI
Oleh : Akh. Muwafik Saleh



Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia, demikianlah salah satu lirik lagu Laskar Pelangi. Tidak ada suatu perubahan besar, kecuali awalnya selau bermula dalam mimpi. Demikian apa yang pernah dikatakan oleh seorang filsuf. Mimpi adalah sebuah bayangan dalam benak tentang apa yang ingin diraih. Mimpi mengarahkan orang pada gambaran masa depan yang ingin dicapai (visi). Seorang yang memiliki visi harus mampu untuk berfikir besar dan positif terhadap masa depannya. Sejarah perubahan dan perkembangan dunia selalu bermula dari mimpi-mimpi besar para sang pemimpi. Namun yang perlu dingat bahwa mereka tidak hanya sekedar pandai bermimpi melainkan juga memiliki kemaua
n keras untuk mewujudkan mimpi itu menjadi sebuah kenyataan. Lihatlah para olahragawan hebat dunia, mereka tidak hanya pandai memimpikan suatu kemenangan besar sebagai sang juara (the Winner) , memang pada awalnya mereka mungkin memimpikan hal-hal yang (tampaknya) mustahil karena itu mereka harus berlatih siang malam dengan semangat yang luar biasa tanpa kenal lelah selanjutnya menampilkan pertarungan yang terbaik disaat bertanding tanpa mengenal gentar sedikitpun sehingga jadilah dia pemenang sejati (The Real Winner).

Jumat, 24 Desember 2010

Ma'rifatul Islam

Islam adalah agama yang lurus, tinggi dan tak ada yang mampu mengalahkan ketinggian serta keagungan nilai-nilai islam. keagungan itu terpancar melalui al quran, kitab suci yang yang agung yang dibawa oleh nabi yang agung pula, Nabi Muhammad SAW. Allah yang Maha besar telah menurunkan agama ini melalui nabi yang agung, dengan kita yang agung untuk umat yang agung pula. inilah agama yang sempurna dan tersempurnakan.
Bagi para peserta pelatihan yang menginginkan materi power point presentasi dapat mendownloadnya di slideshare dengan nama file : ma'rifatul islam muwafik ub 2010

Rabu, 15 Desember 2010

BEKERJA DENGAN HATI NURANI

SINOPSIS BUKU
BEKERJA DENGAN HATI NURANI
Karya : Akh. Muwafik Saleh


Dalam tuntutan pekerjaan yang berat, orang sering mengalami stress. Meski target kerja terpenuhi pun, seseorang masih merasa terkekang.,tidak nyaman berada di kantor ataupun malah menggerutu terhadap situasi kerja. Apa penyebabnya?. Banyak orang kesepian setelah bekerja. Mencari pelarian, menggeluti hura-hura hedonis yang mahal. Pergi ke kafe, mall, diskotik atau menenangkan diri di vila. Namun apa yang didapat? Tetap mereka merasa kesendirian dalam jiwanya. Semua ini karena bekerja dianggap semata unuk mencari dan mengumpulkan kekayaan materi, tidak untuk membangun pemaknaan dan ketenangan ruhani. Hal ini karena kebanyakan orang berangggapan bahwa ketenangan ruhani hanyalah bisa didapat oleh mereka yang tinggal masjid dan tidak bagi mereka yang hidup di kantoran. Mereka terjebak dalam penjara rasionalitas materialistik akibat hegemoni sistem kehidupan yang kapitalistik melahirkan jiwa yang gersang dalam hingar-bingar materi. Sehingga berbagai solusi aktivitas dilakukan guna memenuhi panggilan jwa yang dahaga akan spritualitas. Karena spiritualitas adalah fitrah manusia hakiki, yang disebut dengan naluri ketuhanan (gharizah tadayyun) sebagai wujud pencarian identitas diri. Kecerdasan spiritual diyakini mampu mengantarkan manusia pada penemuan hakekat diri yang sejati. Lebih dari itu, kecerdasan ini telah terbukti sebagai alat yang dapat mengantarkan pada sukses dalam kehidupan.. Inilah sebuah era dimana spiritual menjadi pusat paradigma manusia walaupun belum bisa dikatakan menang spiritualisme atas materialisme.
Buku Bekerja dengan hati nurani ini dimaksudkan untuk membuka kesadaran para pekerja agar lebih dapat memaknai setiap aktivitasnya baik dalam dunia kerja, keluarga maupun kehidupan yang lebih luas lagi dalam sebuah bingkai spiritual. Bekerja yang dibingkai dengan nilai-nilai spiritual tentu akan berbeda dengan bekerja yang hanya sebatas kepentingan materi duniawi. Bekerja dengan spiritual akan mendorong seorang pekerja untuk bekerja secara ikhlas, sungguh-sungguh dan terbaik karena ingin mendapatkan nilai ibadah dalam setiap aktivitas kerjanya. Sehingga bekerja menjadi lebih terkontrol dan penuh kesadaran ilahiyah. Seorang yang bekerja dengan dasar spiritual akan menampilkan seluruh aktivitas terbaiknya karena merasa bahwa hal ini adalah menjadi tanggung jawab keimanannya agar bernilai ibadah. Sehingga mereka bekerja selalu merasa dilihat, dinilai dan diawasi oleh Allah swt dan tidak membutuhkan penilaian dari manusia, ada atau tidak adanya pimpinan yang mengontrol setiap langkah kerjanya bukanlah sebuah alasan untuk menampilkan sikap yang terbaik dalam bekerja. Kerja spiritual inilah yang diyakini mampu mendorong sekaligus menjadi modal utama bagi kesuksesan pencapaian visi perusahaan.
Hal ini tentu berbeda dengan bekerja yang dimotivasi oleh hanya sebatas kepentingan materi, dimana tentu perilaku kerjanya akan selalu dinilai oleh materi (uang, jabatan dan popularitas). Kerjanya akan cenderung asal-asalan dan kalaupun bersungguh-sungguh dalam bekerja maka motivasinya karena merasa ada ‘sesuatu’ yang ingin di dapatkannya di balik semua itu, yaitu materi. Dan menjadikan kerjanya tidak ikhlas, penuh topeng dan keberpura-puraan. Tergantung pada seberapa besar kemungkinan dia mampu mendapatkan dari apa yang diharapkannya. Sehingga sangat besar pula kemungkinan kesungguh-sungguhan kerjanya adalah disaat dia merasa diawasi oleh pimpinan. Namun saat pimpinan tidak mengawasinya maka semuanya akan kembali normal sebagaimana semula. Karena dia tidak merasa dinilai dan diawasi oleh Allah yang Maha Mengetahui.
Namun seringkali pula kita protes dengan berdalih bahwa tidakkah bekerja itu adalah ibadah juga? Inilah masalahnya, apakah betul kerja yang kita lakukan selama ini sudah bernilai ibadah? Jangan-jangan bahkan kerja kita selama ini malah jauh dari ibadah yang akan menghantarkan kita pada kemurkaan Allah swt? Lalu bagaimana caranya menjadikan kerja kita agar dapat bernilai ibadah? Berbagai pertanyaan inilah yang akan dijawab dalam buku ini.
Bekerja dengan hati nurani adalah kerja yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur transendental dengan menghidupkan potensi utama kemanusiaan sehingga bekerja tidak hanya dibatasi oleh kepentingan materi semata yang bersifat sesaat, melainkan nilai-nilai yang dapat mengantarkannya pada tingkat kesadaran tertinggi sehingga mampu mendorong motivasi kerja sebagai upaya membangun sejarah terbaik bagi diri dan kehidupan. Bekerja dengan hati nurani adalah bekerja di atas nilai-nilai spiritual yang dicirikan antara lain yaitu nilai motivasi spiritual, komitmen spiritual, kepedulian spiritual, taqwa, ikhlas, amal prestatif, syukur prestatif, silaturrahim / kerja sama, spiritual service excellent.
Buku Bekerja Dengan Hati Nurani secara sengaja dipersembahkan bagi para pembaca agar bisa lebih memaknai cara kerja kita selama ini sehingga menjadi kerja ibadah. Apalah artinya hidup dengan usia yang cukup panjang jika tidak mampu mengumpulkan bekal yang banyak untuk dapat dibawa pada kehidupan abadi kelak di akhirat. Kerja ibadah inilah yang seharusnya menjadi program kerja kita. Sehingga apapun yang kita hasilkan dari kerja itu nantinya akan bernilai ibadah dan alih-alih untuk menambah waktu ibadah (makhdoh) kita yang selama ini sangat terasa kurang dibandingkan dengan jumlah waktu tidur kita yang sedemikian panjang itu.
Dengan kerja ibadah kita tentunya juga akan mendapatkan hasil rizqi yang halal barokah dan nantinya akan menjadi nafkah bagi anak istri kita, dengannya akan menjadi darah yang akan mengaliri seluruh tubuhnya sehingga tumbuh jiwa-jiwa yang sehat, pikiran-pikiran yang cerdas dan perilaku-perilaku yang diwarnai dengan akhlaq yang agung. Sehingga jadilah anak-anaknya soleh dan solehah serta keluarganya sakinah, mawaddah, warahmah.
Karenanya kunci pembuka utama bagi kerja ibadah ini adalah hati yang hidup, hati yang bersih yaitu hati yang mampu mengundang simpati Allah Azza wa jalla. Karena Allah-lah Sang Pemberi Rizqi, sedang Dia adalah Dzat Yang Maha Suci dan hanya mau menerima yang suci-suci saja (bersih dari noda), sebagaimana Firmannya dalam Al Qur-an surat (26) Asy Syu’ara, ayat 88-89 :”(yaitu) hari (dimana) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih…”
Itulah hati yang telah dipenuhi dengan cahaya (Hati Nurani) yang tunduk pada nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang termanifestasikan dalam perilaku keseharian baik di rumah, di lingkungan dan di tempat kerja dengan sikap-sikap positif, sikap yang penuh tanggung jawab dan sikap yang penuh gelora untuk menampilkan yang terbaik dalam kehidupan, serta diri yang tak pernah menyia-nyiakan waktu dan kesempatan karena sadar bahwa inilah saatnya untuk mengukir sejarah kehidupan dengan tinta emas perilaku dan akhlaq yang agung. Hati yang bersih dan sikap yang terbaik, itulah yang dapat membuka pintu Rahmat Allah dan curahan segala kasih sayangNya.
Saya berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kaum muslimin dan siapa saja yang mendambakan kerja ibadah dan menemukan rahasianya, semoga pula mampu membawa ke arah kesadaran yang tertinggi pada diri-diri kita untuk dapat menampilkan yang terbaik dari sisa usia kita di dunia ini dengan menghidupkan hati dimana saja dan kapanpun saja, selamanya. Amiin ya mujiibas saailiin.

Apabila Anda ingin mendapatkan materi power pointnya,dapat diambil di slideshare dengan nama file : muwafik UB Bekerja dengan hati nurani

Minggu, 14 November 2010

Khutbah Idul Adha 2010 M/1431 H


KHOTBAH IDUL ADHA 1431 H/ 2010 M
IDUL KURBAN DAN KEPEDULIAN SOSIAL DI TENGAH BENCANA
Oleh : Akh. Muwafik Saleh, S.Sos, M.Si
Allahu Akbar, Allahu Akbar …
Kumandang takbir kembali membahana di seluruh pelosok dunia, menyambut hari akbar bagi ummat Islam, sebuah hari yang sarat dengan makna dan nilai. Inilah hari raya kurban atau Idul Adha merupakan hari yang mulia bagi ummat Islam. Untuk semua kenikmatan ini, sangat wajar jika kita mengucapkan syukur sambil memuji Allah SWT, Sang Khaliq Penguasa Alam Semesta, Yang Maha Kuasa dan Perkasa.
Tidak lupa pula, shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada panutan abadi,

Modul Training Pengembangan Potensi Diri

PENGEMBANGAN POTENSI DIRI
Oleh : Akh. Muwafik Saleh, S.Sos, M.Si

Pengembangan Potensi Diri adalah upaya terus menerus (continous improvement) yang dilakukan oleh individu untuk mengoptimalkan dan memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya untuk lebih memberikan nilai kemanfaatan baik secara pribadi maupun sosial kehidupan. upaya optimalisasi ini haruslah dilakukan secara sadar yang dimulai dengan pengenalan terhadap potensi yang ada pada dirinya, sikap kebiasaan, persepsi dan keyakinan untuk kemudian dilakukan pengembangan ke arah yang lebih positif dan berdaya guna.
anda mungkin tahu tentang sebuah teori puncak gunung es (Ice berg Theory) yang menjelaskan bahwa 12 persen potensi yang kita munculkan kepermukaan adalah po
tensi sadar yang selama ini kita tampilkan, namun terdapat 88 persen potensi yang belum sempat mungkin kita munculkan yang sesuangguhnya hal itu adalah potensi diri kita yang sejati yang berada di alam bawah sadar kita, disanalah bersemayam keyakinan, nilai-nilai, prinsip-prinsip dsb.


Apabila anda menginginkan mendapatkan modul materi training Pengembangan Potensi Diri, anda dapat men-download di sini : http://www.scribd.com/doc/42445698

Jumat, 05 November 2010

REALITA UMAT ISLAM

Artikel Islami
26 Juni 2008 - 08:39
REALITA UMAT ISLAM SEKARANG  
Oleh : Tim dakwatuna.com
Tidak dapat dipungkiri bahwa era sekarang adalah Era Amerika Serikat (al-Ashr al-Amriki). Seluruh dunia memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap AS, Israel dan sekutunya. AS dan Eropa yang beragama Nashrani dan Israel yang Yahudi sangat kuat mencengkeram dunia Islam. Bahkan sebagiannya dibawah kendali langsung mereka seperti Arab Saudi, Kuwait, Mesir, Irak dan lain-lain. Realitas yang buruk ini telah diprediksikan oleh Rasulullah saw. dalam haditsnya: Dari Said Al-Khudri, dari Nabi saw bersabda:" Kamu pasti akan mengikuti sunah perjalanan orang sebelummu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta hingga walaupun mereka masuk lubang biawak kamu akan mengikutinya". Sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah saw apakah mereka Yahudi dan Nashrani". Rasul saw menjawab, "Siapa lagi!" (H.R. Bukhari dan Muslim)
Beginilah nasib dunia Islam di akhir jaman yang diprediksikan Rasulullah saw. Mereka akan mengikuti apa saja yang datang dari Yahudi dan Nashrani, kecuali sedikit diantara mereka yang sadar. Dan prediksi tersebut sekarang benar-benar sedang menimpa sebagian besar umat Islam dan dunia Islam.
Dari segi kehidupan sosial, sebagian besar umat Islam hampir sama dengan mereka. Hiburan yang disukai, mode pakaian yang dipakai, makanan yang dinikmati, film-film yang ditonton, bebasnya hubungan lawan jenis dan lain-lain. Pola hidup sosial Yahudi dan Nashrani melanda kehidupan umat Islam dengan dipandu media massa khususnya televisi.
Dalam kehidupan ekonomi, sistem bunga atau riba mendominasi persendian ekonomi dunia dimana dunia Islam secara terpaksa atau sukarela harus mengikutinya. Riba' yang sangat zhalim dan merusak telah begitu kuat mewarnai ekonomi dunia, termasuk dunia Islam. Lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti IMF, Bank Dunia, WTO dll mendikte semua laju perekonomian di dunia Islam. Akibatnya krisis ekonomi dan keuangan disebabkan hutang dan korupsi menimpa sebagian besar dunia Islam.
Begitu juga pengekoran umat Islam terhadap Yahudi dan Nashrani terjadi dalam kehidupan politik. Politik dibangun atas dasar nilai-nilai sekuler, mencampakkan agama dan moral dalam dunia politik, bahkan siapa yang membawa agama dalam politik dianggap mempolitisasi agama. Begitu buruknya kehidupan politik umat Islam, sampai departemen yang mestinya mencerminkan nilai-nilai Islam, yaitu departemen agama, menjadi departemen yang paling buruk dan sarang korupsi.
WAHN

Jumat, 30 April 2010

Menulis : Menggoreskan Kehidupan

bagi anda yang berminat mengadakan training tentang bidang motivasi penulisan, dapat menghubungi kami dengan contact person : 081334537263 atau 0341 - 559634
modul materi dapat didownload di sini : http://www.slideshare.net/guestf6ff7f/muwafik-ub-motivasi-menulis-umum

Senin, 15 Maret 2010

Menjadi Public Speaker yang Hebat

MENJADI SEORANG PUBLIC SPEAKER HEBAT

Oleh : Akh. Muwafik Saleh, S.Sos, M.Si

Keterampilan sebagai pembicara dihadapan publik merupakan sebuah kecerdasan tersendiri yang harus dilatih oleh seseorang dalam berinteraksi dan mempengaruhi orang lain. keberhasilan seseorang dalam menjalani kehidupan baik bidang bisnis, pendidikan, dan apapun haruslah memiliki satu keterampilan ini. dalam bidang bisnis, saat anda menjual sebuah produk/jasa maka keterampilan komunikasi menjadi kunci kesuksesan penting begitu juga dengan bidang lainnya.........
baca selengkapnya dan ikuti materi trainingnya di link berikut :www.slidshare.net/muwafik
selamat berlatih dan semoga menjadi publik speaker yg hebat. bagi anda yang berkeinginan mengadakan pelatihan bidang komunikasi silahkan menghubungi alamat kantor INSAN DINAMI INDONESIA jl. vila bukit tidar A4 / 286, merjosari malang, telp/fax. 0341-559634 atau di nomor kontak 081 334537263. sekarang juga......

Sabtu, 13 Maret 2010

Training Dahsyat untuk Guru PAUD, TK, SD

Training Untuk Guru PAUD
oleh Akh. Muwafik

Pendidikan anak sejak dini adalah sebuah investasi yang sangat berharga , mengajar pada saat itu adalah ibarat menyentuh masa depan mereka. hitam putihnya dunia mereka ke depan sangat tergantung pada cara guru menyentuh mereka sejak saat kemasan tersebut (golden age). untuk itu fokus pembelajaran pada usia dini (3-6 tahun) ini adalah memberikan pengalaman hidup yang berharga pada mereka. maka kekuatan komunikasi dan pesan positif, motivasi dan doa (KOMODO) menjadi kunci yang sangat berperan menentukan keberhasilan masa depan mereka nantinya. selamat mengukir masa depan mereka sejak dini.
Bagi anda yang menginginkan materi training dunia PAUD silahkan klik dan dwnload materi pada link berikut :http://www.slideshare.net/muwafik
dan bagi ada yang berminat mengadakan training untuk peningkatan kompetensi dan motivasi para guru PAUD (playgorup dan TK/SD) silahkan menghubungi kami di 081 334 537263 / telp.fax. 0341-559634 kontak person Akh. Muwafik Saleh, alamat Vila Bukit Tidar A4 / 286 Malang. segera dapatkan pencerahan dan motivasi. hubungi sekarang juga jangan tunda kesempatan emas ini........salam dahsyat dari sang maestro.

Selasa, 16 Februari 2010

Pendidikan dan Manusia Beradab

Pendidikan dan Manusia Beradab PDF Cetak E-mail
Penulis: Adian Husaini       
Jurnal Islamia-Republika (kerjasama INSISTS dan Harian Republika) edisi Kamis (9 Juli 2009), membahas secara panjang lebar tentang konsep pendidikan dan adab dalam ajaran Islam. Pembahasan ini mengangkat kembali salah ajaran yang sangat penting dalam Islam, yaitu masalah adab. Banyak ulama yang sudah membahas masalah adab. Pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy’ari, misalnya, dalam kitabnya, Ādabul Ālim wal-Muta’allim, mengutip pendapat Imam al-Syafi’i yang menjelaskan begitu pentingnya kedudukan adab dalam Islam. Bahkan, Sang Imam menyatakan, beliau mengejar adab laksana seorang ibu yang mengejar anak satu-satunya yang hilang.

Lalu, Syaikh Hasyim Asy’ari mengutip pendapat sebagian ulama: ”at-Tawhīdu yūjibul īmāna, faman lā īmāna lahū  lā tawhīda lahū;  wal-īmānu yūjibu al-syarī’ata, faman lā syarī’ata lahū, lā  īmāna lahū wa lā tawhīda lahū; wa al-syarī’atu yūjibu al-adaba, faman lā  ādaba lahū, lā syarī’ata lahū wa lā īmāna lahū wa lā tawhīda lahū.” (Hasyim Asy’ari, Ādabul Ālim wal-Muta’allim, Jombang: Maktabah Turats Islamiy, 1415 H). hal. 11).

Jadi, secara umum, menurut Kyai Hasyim Asy’ari,  Tauhid mewajibkan wujudnya iman. Barangsiapa tidak beriman, maka dia tidak bertauhid; dan iman mewajibkan syariat, maka barangsiapa yang tidak ada syariat padanya, maka dia tidak memiliki iman dan tidak bertauhid; dan syariat mewajibkan adanya adab; maka barangsiapa yang tidak beradab maka (pada hakekatnya) tiada syariat, tiada iman, dan tiada tauhid padanya.

Jadi, betapa pentingnya kedudukan adab dalam ajaran Islam. Lalu, apa sebenarnya konsep adab?  Uraian yang lebih rinci tentang konsep adab dalam Islam disampaikan oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, pakar filsafat dan sejarah Melayu. Menurut Prof. Naquib al-Attas, adab adalah “pengenalan serta pengakuan akan hak keadaan sesuatu dan kedudukan seseorang, dalam rencana susunan berperingkat martabat dan darjat, yang merupakan suatu hakikat yang berlaku dalam tabiat semesta.”  Pengenalan adalah ilmu; pengakuan adalah amal. Maka, pengenalan tanpa pengakuan seperti ilmu tanpa amal; dan pengakuan tanpa pengenalan seperti amal tanpa ilmu. ”Keduanya sia-sia karana yang satu mensifatkan keingkaran dan keangkuhan, dan yang satu lagi mensifatkan ketiadasedaran dan kejahilan,” demikian Prof. Naquib al-Attas. (SM Naquib al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, (ISTAC, 2001).

Begitu pentingnya masalah adab ini, maka bisa dikatakan, jatuh-bangunnya umat Islam, tergantung sejauh mana mereka dapat memahami dan menerapkan konsep adab ini dalam kehidupan mereka. Manusia yang beradab terhadap orang lain akan paham bagaimana mengenali dan mengakui seseorang sesuai harkat dan martabatnya. Martabat ulama yang shalih beda dengan martabat orang fasik yang durhaka kepada Allah. Jika al-Quran menyebutkan, bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling takwa (QS 49:13), maka seorang yang beradab tidak akan lebih menghormat kepada penguasa yang zalim ketimbang guru ngaji di kampung yang shalih.

Dalam masyarakat yang beradab, seorang penghibur tidak akan lebih dihormati ketimbang pelajar yang memenangkan Olimpiade fisika. Seorang pelacur atau pezina ditempatkan pada tempatnya, yang seharusnya tidak lebih tinggi martabatnya dibandingkan muslimah-muslimah yang shalihah. Itulah adab kepada sesama manusia.

Adab juga terkait dengan ketauhidan, sebab adab kepada Allah mengharuskan seorang manusia tidak menserikatkan Allah dengan yang lain. Tindakan menyamakan al-Khalik dengan makhluk merupakan tindakan yang tidak beradab. Karena itulah, maka dalam al-Quran disebutkan, Allah murka karena Nabi Isa a.s. diangkat derajatnya dengan al-Khalik, padahal dia adalah makhluk. Tauhid adalah konsep dasar bagi pembangunan manusia beradab. Menurut pandangan Islam, masyarakat beradab haruslah meletakkan al-Khalik pada tempat-Nya sebagai al-Khalik, jangan disamakan dengan makhluk. Karena membawa agama Tauhid (bukan agama Kristen), maka Nabi Isa a.s. mengingatkan: ”Dan ingatlah ketika Isa ibn Maryam, wahai anak keturunan Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua, membenarkan apa yang telah ada pada kita, yaitu Taurat dan memberikan kabar gembira (akan datangnya) seorang Rasul yang bernama Ahmad.” (QS 61:6).

Jadi, dalam pandangan Islam, Isa a.s. adalah Nabi, utusan Allah, sebagaimana para nabi sebelumnya. Itulah tindakan yang beradab. Karena Nabi Isa a.s. memang manusia, dan harus kita tempatkan sebagai manusia, bukan sebagai ”sekutu” Allah atau ”setara” dengan Allah. Maka, ketika kaum Kristen mengangkat Isa a.s. sebagai Tuhan atau sama dengan derajat Tuhan, maka Allah murka. Dan kepada utusan-Nya yang terakhir, Muhammad saw, maka dijelaskanlah kemurkaan Allah tersebut sebagaimana disebutkan dalam al-Quran, (yang artinya): ”Dan mereka berkata: Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kamu (yang mengatakan seperti itu) telah melakukan suatu perkara yang sangat munkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh. Karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak.” (QS 19:88-91).

Itulah adab kepada Allah SWT. Nabi Muhammad saw adalah juga manusia. Tetapi, beliau berbeda dengan manusia lainnya, karena beliau adalah utusan Allah. Sesama manusia saja tidak diperlakukan sama. Seorang presiden dihormati, diberi pengawalan khusus, diberikan gaji yang lebih tinggi dari gaji guru ngaji, dan sering disanjung-sanjung, meskipun kadangkala keliru. Orang berebut untuk menjadi presiden  karena dianggap jika menjadi presiden akan menjadi orang terhormat atau memiliki kekuasaan besar sehingga  dapat melakukan perubahan.

Sebagai konsekuensi adab kepada Allah, maka adab kepada Rasul-Nya,  tentu saja adalah dengan cara menghormati, mencintai, dan menjadikan Sang Nabi saw sebagai suri tauladan kehidupan (uswah hasanah). Maka, benarlah pendapat ulama yang dikutip Kyai Hasyim Asy’ari, jika orang tidak mengakui dan menghormati syariat Nabi Muhammad saw, bagaimana mungkin dia bisa dikatakan mempunyai iman? Sikap yang melecehkan syariat Allah jelas merupakan sikap manusia yang tidak beradab. Maka, sangatlah tidak beradab, sebuah disertasi doktor dan berbagai buku tentang Pluralisme Agama yang menyatakan, bahwa untuk mendapatkan pahala dari Allah, tidaklah perlu mengakui kenabian Muhammad saw.

Setelah beradab kepada Nabi Muhammad saw, maka adab berikutnya adalah adab kepada ulama. Ulama adalah pewaris nabi. Maka, kewajiban kaum Muslim adalah mengenai, siapa ulama yang benar-benar menjalankan amanah risalah, dan siapa ulama ”palsu” atau ”ulama jahat (ulama su’). Ulama jahat harus dijauhi, sedangkan ulama yang baik harus dijadikan panutan dan dihormati sebagai ulama. Mereka tidak lebih rendah martabatnya dibandingkan dengan para umara. Maka, sangatlah keliru jika seorang ulama merasa lebih rendah martabatnya dibandingkan dengan penguasa. Adab adalah kemampuan dan kemauan untuk mengenali segala sesuatu sesuai dengan martabatnya. Ulama harusnya dihormati karena ilmunya dan ketakwaannya, bukan karena kepintaran bicara, kepandaian menghibur, dan banyaknya pengikut. Maka, manusia beradab dalam pandangan Islam adalah yang mampu mengenali siapa ulama pewaris nabi dan siapa ulama yang palsu sehingga dia bisa meletakkan ulama sejati pada tempatnya sebagai tempat rujukan.

Syekh Wan Ahmad al Fathani dari Pattani, Thailand Selatan, (1856-1908), dalam kitabnya Hadiqatul Azhar war Rayahin (Terj. Oleh Wan Shaghir Abdullah), berpesan agar seseorang mempunyai adab, maka ia harus selalu dekat dengan majelis ilmu. Syekh Wan Ahmad  menyatakan: “Jadikan olehmu akan yang sekedudukan engkau itu (majelis) perhimpunan ilmu yang engkau muthalaah akan dia. Supaya mengambil guna engkau daripada segala adab dan hikmah.”

Karena itulah, sudah sepatutnya dunia pendidikan kita sangat menekankan proses ta’dib, sebuah proses pendidikan yang mengarahkan para siswanya menjadi orang-orang yang beradab. Sebab, jika adab hilang pada diri seseorang, maka akan mengakibatkan kezaliman, kebodohan, dan menuruti hawa nafsu yang merusak. Karena itu, adab mesti ditanamkan pada seluruh manusia dalam berbagai lapisan, pada murid, guru, pemimpin rumah tangga, pemimpin bisnis, pemimpin masyarakat, dan lainnya. Bagi orang-orang yang memegang institusi, bila tidak terdapat adab, maka akan terjadi kerusakan yang lebih parah. Kata Prof Wan Mohd. Nor Wan Daud, guru besar di Akademi Alam dan Tamadun Melayu Universiti Kebangsaan Malaysia:  ”Gejala penyalahgunaan kuasa, penipuan, pelbagai jenis rasuah, politik uang, pemubaziran, kehilangan keberanian dan keadilan, sikap malas dan ’sambil lewa’, kegagalan pemimpin rumah tangga, dan sebagainya mencerminkan masalah pokok ini.”

Jadi, menurut  Prof. Wan Mohd. Nor,   jika adab hilang pada diri seseorang, maka akan mengakibatkan kezaliman, kebodohan, dan menuruti hawa nafsu yang merusak. Manusia dikatakan zalim, jika – misalnya – meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Maka, dengan pemahaman seperti itu, seorang Muslim yang beradab pasti lebih mencintai dan mengidolakan Nabi Muhammad saw ketimbang manusia mana pun. Manusia Muslim yang beradab juga akan menghormati sahabat-sahabat nabi dan keluarganya. Begitu juga seorang muslim yang beradab akan lebih menghormati ulama pewaris nabi, ketimbang penguasa yang zalim.  Salah satu adab penting yang harus dimiliki seorang Muslim adalah adab terhadap ilmu. Seorang yang beradab, haruslah  mengenal derajat ilmu, mana ilmu yang wajib ‘ain (wajib dimiliki oleh setiap muslim) dan mana yang wajib kifayah (wajib dimiliki sebagian Muslim).

Islam memandang kedudukan ilmu sangatlah penting, sebagai jalan mengenal Allah dan beribadah kepada-Nya. Ilmu juga satu-satunya jalan meraih adab. Orang yang berilmu (ulama) adalah pewaris nabi. Karena itu, dalam Bidayatul Hidayah, Imam Al-Ghazali mengingatkan, orang yang mencari ilmu dengan niat yang salah, untuk mencari keuntungan duniawi dan pujian manusia, sama saja dengan menghancurkan agama. Dalam kitabnya, Adabul ‘Alim wal-Muta’allim, KH Hasyim Asy’ari juga mengutip hadits Rasulullah saw: “Barangsiapa mencari ilmu bukan karena Allah atau ia mengharapkan selain keridhaan Allah Ta’ala, maka bersiaplah dia mendapatkan tempat di neraka.”              

Ibnul Qayyim al-Jauziyah, murid terkemuka Syaikhul Islam Ibn Taimiyah, juga menulis sebuah buku berjudul Al-Ilmu.  Beliau mengutip ungkapan Abu Darda’ r.a.  yang menyatakan: “Barangsiapa berpendapat bahwa pergi menuntut ilmu bukan merupakan jihad, sesungguhnya ia kurang akalnya.”  Abu Hatim bin Hibban juga meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah r.a., yang  pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa masuk ke masjidku ini untuk belajar kebaikan atau untuk mengajarkannya, maka ia laksana orang yang berjihad di jalan Allah.”

Karena begitu mulianya kedudukan ilmu dalam Islam, maka seorang yang beradab tidak akan menyia-nyiakan umurnya untuk menjauhi ilmu, atau mengejar ilmu yang tidak bermanfaat, atau salah niat dalam meraih ilmu. Sebab, akibatnya sangat fatal. Ia tidak akan pernah mengenal Allah, tidak akan pernah meraih kebahagiaan sejati. Lebih fatal lagi, jika manusia yang tidak beradab itu kemudian merasa tahu, padahal dia sebenarnya ia tidak tahu.

Itulah adab. Dunia pendidikan Islam, khususnya, sudah saatnya mengkonsentrasikan diri untuk membentuk manusia-manusia yang beradab. Itu hanya bisa dilakukan jika dunia pendidikan mengajarkan ilmu yang benar secara proporsional. Salah satu mata pelajaran penting  yang harus diajarkan dengan benar, adalah pelajaran sejarah. Dalam berbagai kesempatan tatap muka dengan para guru dan siswa di berbagai lembaga pendidikan Islam, saya masih menjumpai sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan Islam yang belum memiliki buku sejarah tersendiri. Masih banyak siswa sekolah Islam yang memahami bahwa Pangeran Diponegoro berperang semata-mata hanya karena urusan tanah leluhurnya yang dirampas oleh Penjajah Kristen Belanda. Padahal, bukti-bukti sejarah menunjukkan, Pangeran Diponegoro berperang dengan tujuan menegakkan syariat Islam di Tanah Jawa.

Mengutip buku berjudul Gedenkschrift van den Orloog op Java, karya F.V.A. Ridder de Stuers, (Amsterdam: Johannes Müller, 1847), dalam disertasi doktornya di Universitas Indonesia, Prof. Dr. Rifyal Ka’bah memaparkan penuturan seorang Letnan Kolonel Belanda pada masa Perang Diponegoro (1825-1830), yang menyatakan bahwa tujuan Perang Diponegoro adalah agar hukum Islam berlaku untuk orang Jawa.

Diceritakan dalam buku ini, Belanda mengirim delegasi ke pedalaman Salatiga untuk berunding dengan Pangeran Diponegoro dan para pembantunya. Delegasi yang membawa surat Gubernur Jenderal Hendrik Markus de Kock ini  diterima oleh Kyai Modjo, Ali Basa, dan lain-lain. Belanda meminta peperangan  segera dihentikan, agar tidak jatuh korban lebih banyak lagi. Kyai Modjo menjawab bahwa perang tidak dapat dihentikan selama tuntutan mereka belum terpenuhi. Dalam perundingan itu, pihak Diponegoro juga menggunakan ungkapan “Laa mauta illaa bil-ajal” (Tidak ajal berpantang mati). Kyai Modjo juga menyebutkan QS an-Naml:27 yang merupakan ucapan Nabi Sulaiman kepada Ratu Bilqis, (yang artinya): “Jangan kalian bersikap arogan terhadapku dan datanglah kepadaku dengan menyerahkan diri.”  Ketika ditanya, apa maksud ungkapan itu, Kyai Modjo menjawab: “Komt gij allen tot mijnen Vorst,  en gaat langs het pad der regtvaardigheit.” (Supaya kalian datang menemui Pangeranku dan berjalanlah melalui jalan keadilan). Kyai Modjo menegaskan, bahwa keinginan Diponegoro adalah agar hukum Islam seluruhnya berlaku untuk orang Jawa. Sedangkan persengketaan antara orang Jawa dan orang Eropa diputuskan berdasarkan hukum Islam dan persengketaan antara orang Eropa dengan orang Eropa, dengan persetujuan Sultan, diputuskan berdasarkan hukum Eropa.  (Lihat, Rifyal Ka’bah, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Universitas Yarsi Jakarta).

Maka, sebenarnya merupakan tindakan yang tidak beradab, memandang pejuang Islam, seperti Pangeran Diponegoro seolah-olah hanya berperang karena urusan tanah leluhurnya. Di buku sejarah SMA bahkan masih ada yang memaparkan bahwa Khalifah Utsman bin Affan adalah pemimpin yang lebih mementingkan keluarganya dibandingkan dengan negaranya. Pemaparan seperti ini sangat tidak sesuai dengan fakta sejarah dan sangat tidak beradab. Karena itulah, para penyelenggara pendidikan Islam harus benar-benar memeriksa materi pelajaran yang diajarkan kepada siswanya. Mereka tidak bisa bersikap tidak peduli dan membiarkan siswa-siswa mereka diajarkan berbagai materi pelajaran yang justru mengarahkan siswanya menjadi manusia-manusia yang tidak beradab. [Solo, 24 Juli 2009/www.hidayatullah.com]

Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini adalah hasil kerjasama antara Radio Dakta 107 FM dan www.hidayatullah.com