Rabu, 15 Desember 2010

BEKERJA DENGAN HATI NURANI

SINOPSIS BUKU
BEKERJA DENGAN HATI NURANI
Karya : Akh. Muwafik Saleh


Dalam tuntutan pekerjaan yang berat, orang sering mengalami stress. Meski target kerja terpenuhi pun, seseorang masih merasa terkekang.,tidak nyaman berada di kantor ataupun malah menggerutu terhadap situasi kerja. Apa penyebabnya?. Banyak orang kesepian setelah bekerja. Mencari pelarian, menggeluti hura-hura hedonis yang mahal. Pergi ke kafe, mall, diskotik atau menenangkan diri di vila. Namun apa yang didapat? Tetap mereka merasa kesendirian dalam jiwanya. Semua ini karena bekerja dianggap semata unuk mencari dan mengumpulkan kekayaan materi, tidak untuk membangun pemaknaan dan ketenangan ruhani. Hal ini karena kebanyakan orang berangggapan bahwa ketenangan ruhani hanyalah bisa didapat oleh mereka yang tinggal masjid dan tidak bagi mereka yang hidup di kantoran. Mereka terjebak dalam penjara rasionalitas materialistik akibat hegemoni sistem kehidupan yang kapitalistik melahirkan jiwa yang gersang dalam hingar-bingar materi. Sehingga berbagai solusi aktivitas dilakukan guna memenuhi panggilan jwa yang dahaga akan spritualitas. Karena spiritualitas adalah fitrah manusia hakiki, yang disebut dengan naluri ketuhanan (gharizah tadayyun) sebagai wujud pencarian identitas diri. Kecerdasan spiritual diyakini mampu mengantarkan manusia pada penemuan hakekat diri yang sejati. Lebih dari itu, kecerdasan ini telah terbukti sebagai alat yang dapat mengantarkan pada sukses dalam kehidupan.. Inilah sebuah era dimana spiritual menjadi pusat paradigma manusia walaupun belum bisa dikatakan menang spiritualisme atas materialisme.
Buku Bekerja dengan hati nurani ini dimaksudkan untuk membuka kesadaran para pekerja agar lebih dapat memaknai setiap aktivitasnya baik dalam dunia kerja, keluarga maupun kehidupan yang lebih luas lagi dalam sebuah bingkai spiritual. Bekerja yang dibingkai dengan nilai-nilai spiritual tentu akan berbeda dengan bekerja yang hanya sebatas kepentingan materi duniawi. Bekerja dengan spiritual akan mendorong seorang pekerja untuk bekerja secara ikhlas, sungguh-sungguh dan terbaik karena ingin mendapatkan nilai ibadah dalam setiap aktivitas kerjanya. Sehingga bekerja menjadi lebih terkontrol dan penuh kesadaran ilahiyah. Seorang yang bekerja dengan dasar spiritual akan menampilkan seluruh aktivitas terbaiknya karena merasa bahwa hal ini adalah menjadi tanggung jawab keimanannya agar bernilai ibadah. Sehingga mereka bekerja selalu merasa dilihat, dinilai dan diawasi oleh Allah swt dan tidak membutuhkan penilaian dari manusia, ada atau tidak adanya pimpinan yang mengontrol setiap langkah kerjanya bukanlah sebuah alasan untuk menampilkan sikap yang terbaik dalam bekerja. Kerja spiritual inilah yang diyakini mampu mendorong sekaligus menjadi modal utama bagi kesuksesan pencapaian visi perusahaan.
Hal ini tentu berbeda dengan bekerja yang dimotivasi oleh hanya sebatas kepentingan materi, dimana tentu perilaku kerjanya akan selalu dinilai oleh materi (uang, jabatan dan popularitas). Kerjanya akan cenderung asal-asalan dan kalaupun bersungguh-sungguh dalam bekerja maka motivasinya karena merasa ada ‘sesuatu’ yang ingin di dapatkannya di balik semua itu, yaitu materi. Dan menjadikan kerjanya tidak ikhlas, penuh topeng dan keberpura-puraan. Tergantung pada seberapa besar kemungkinan dia mampu mendapatkan dari apa yang diharapkannya. Sehingga sangat besar pula kemungkinan kesungguh-sungguhan kerjanya adalah disaat dia merasa diawasi oleh pimpinan. Namun saat pimpinan tidak mengawasinya maka semuanya akan kembali normal sebagaimana semula. Karena dia tidak merasa dinilai dan diawasi oleh Allah yang Maha Mengetahui.
Namun seringkali pula kita protes dengan berdalih bahwa tidakkah bekerja itu adalah ibadah juga? Inilah masalahnya, apakah betul kerja yang kita lakukan selama ini sudah bernilai ibadah? Jangan-jangan bahkan kerja kita selama ini malah jauh dari ibadah yang akan menghantarkan kita pada kemurkaan Allah swt? Lalu bagaimana caranya menjadikan kerja kita agar dapat bernilai ibadah? Berbagai pertanyaan inilah yang akan dijawab dalam buku ini.
Bekerja dengan hati nurani adalah kerja yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur transendental dengan menghidupkan potensi utama kemanusiaan sehingga bekerja tidak hanya dibatasi oleh kepentingan materi semata yang bersifat sesaat, melainkan nilai-nilai yang dapat mengantarkannya pada tingkat kesadaran tertinggi sehingga mampu mendorong motivasi kerja sebagai upaya membangun sejarah terbaik bagi diri dan kehidupan. Bekerja dengan hati nurani adalah bekerja di atas nilai-nilai spiritual yang dicirikan antara lain yaitu nilai motivasi spiritual, komitmen spiritual, kepedulian spiritual, taqwa, ikhlas, amal prestatif, syukur prestatif, silaturrahim / kerja sama, spiritual service excellent.
Buku Bekerja Dengan Hati Nurani secara sengaja dipersembahkan bagi para pembaca agar bisa lebih memaknai cara kerja kita selama ini sehingga menjadi kerja ibadah. Apalah artinya hidup dengan usia yang cukup panjang jika tidak mampu mengumpulkan bekal yang banyak untuk dapat dibawa pada kehidupan abadi kelak di akhirat. Kerja ibadah inilah yang seharusnya menjadi program kerja kita. Sehingga apapun yang kita hasilkan dari kerja itu nantinya akan bernilai ibadah dan alih-alih untuk menambah waktu ibadah (makhdoh) kita yang selama ini sangat terasa kurang dibandingkan dengan jumlah waktu tidur kita yang sedemikian panjang itu.
Dengan kerja ibadah kita tentunya juga akan mendapatkan hasil rizqi yang halal barokah dan nantinya akan menjadi nafkah bagi anak istri kita, dengannya akan menjadi darah yang akan mengaliri seluruh tubuhnya sehingga tumbuh jiwa-jiwa yang sehat, pikiran-pikiran yang cerdas dan perilaku-perilaku yang diwarnai dengan akhlaq yang agung. Sehingga jadilah anak-anaknya soleh dan solehah serta keluarganya sakinah, mawaddah, warahmah.
Karenanya kunci pembuka utama bagi kerja ibadah ini adalah hati yang hidup, hati yang bersih yaitu hati yang mampu mengundang simpati Allah Azza wa jalla. Karena Allah-lah Sang Pemberi Rizqi, sedang Dia adalah Dzat Yang Maha Suci dan hanya mau menerima yang suci-suci saja (bersih dari noda), sebagaimana Firmannya dalam Al Qur-an surat (26) Asy Syu’ara, ayat 88-89 :”(yaitu) hari (dimana) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih…”
Itulah hati yang telah dipenuhi dengan cahaya (Hati Nurani) yang tunduk pada nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang termanifestasikan dalam perilaku keseharian baik di rumah, di lingkungan dan di tempat kerja dengan sikap-sikap positif, sikap yang penuh tanggung jawab dan sikap yang penuh gelora untuk menampilkan yang terbaik dalam kehidupan, serta diri yang tak pernah menyia-nyiakan waktu dan kesempatan karena sadar bahwa inilah saatnya untuk mengukir sejarah kehidupan dengan tinta emas perilaku dan akhlaq yang agung. Hati yang bersih dan sikap yang terbaik, itulah yang dapat membuka pintu Rahmat Allah dan curahan segala kasih sayangNya.
Saya berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kaum muslimin dan siapa saja yang mendambakan kerja ibadah dan menemukan rahasianya, semoga pula mampu membawa ke arah kesadaran yang tertinggi pada diri-diri kita untuk dapat menampilkan yang terbaik dari sisa usia kita di dunia ini dengan menghidupkan hati dimana saja dan kapanpun saja, selamanya. Amiin ya mujiibas saailiin.

Apabila Anda ingin mendapatkan materi power pointnya,dapat diambil di slideshare dengan nama file : muwafik UB Bekerja dengan hati nurani

Tidak ada komentar: