Minggu, 14 November 2010

Khutbah Idul Adha 2010 M/1431 H


KHOTBAH IDUL ADHA 1431 H/ 2010 M
IDUL KURBAN DAN KEPEDULIAN SOSIAL DI TENGAH BENCANA
Oleh : Akh. Muwafik Saleh, S.Sos, M.Si
Allahu Akbar, Allahu Akbar …
Kumandang takbir kembali membahana di seluruh pelosok dunia, menyambut hari akbar bagi ummat Islam, sebuah hari yang sarat dengan makna dan nilai. Inilah hari raya kurban atau Idul Adha merupakan hari yang mulia bagi ummat Islam. Untuk semua kenikmatan ini, sangat wajar jika kita mengucapkan syukur sambil memuji Allah SWT, Sang Khaliq Penguasa Alam Semesta, Yang Maha Kuasa dan Perkasa.
Tidak lupa pula, shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada panutan abadi,


Muhammad Rasulullah SAW, yang gigih dalam memperjuangkan agama Tauhid, sebuah agama yang diwarisinya dari Bapak Tauhid, Nabi Allah Ibrahim AS.
Allahu Akbar, Allahu Akbar …
Alhamdulillah, pagi ini kita semua berkumpul untuk memperingati satu diantara sekian banyak hari-hari Allah. Hari-hari yang kelak akan menjadi saksi tentang jiwa-jiwa suci yang telah berjuang menggapai ketinggian; tentang jiwa-jiwa yang telah memberikan kematian untuk nendapatkan kehidupan. Untuk itulah Allah memerintahkan kita untuk senantiasa mengingat hari-hari-Nya; agar dengan begitu kita senantiasa menemukan godaan luar biasa untuk berjalan dan mendaki langit ketinggian;
 “… dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah”. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. (QS: 14. 5)
Dan hari yang kita peringati ini adalah hari ketika seorang manusia besar, seorang nabi Allah, lbrahim as, sedang menapaki jalan terjal menuju ketinggian; menjalani detik­-detik paling menggetarkan dalam kehidupan jiwanya dan dalam segenap gelombang sejarah kemanusiaan; saat-saat ketika ia melampaui batas keraguannya dan memasuki wilayah keyakinan baru dimana ia benar-benar memutuskan untuk tunduk patuh pada perintah Allah walau dengan perintah yang sangat berat sekalipun akan hal yang sangat dicintainya yaitu untuk menyembelih puteranya tercinta, Ismail as. Sebagai bukti kecintaannya dan keimanannya pada Allah.
Allahu akbar, Allahu Akbar walillahil hamdu
Dalam banyak firmannya Allah swt selalu menegaskan bahwa setiap kata iman kepada Allah selalu disandingkan dengan kalimat ‘amilush sholihah, sebagaimana dalam frimannya :
 “Dan barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia),”(QS: Thaahaa: 75)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. “(Al-Bayyinah : 7).
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS: Al-Baqarah: 62)
“Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah “salaam”"(QS: Ibrahim: 23)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan.”(QS: Yunus: 9)
“Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.“(QS: Al-Ankabut: 7)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal,“(QS: Al-Anfal: 2)
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS: An-Nur: 55)
Bahkan pula dalam banyak ritual keimanan yang bernuansakan kebahagiaan seperti hari raya islam baik idul fitri maupun idul adha juga selalu disandingkan dengan amal sholih berupa kepedulian pada sesama. Sebagai misal di hari raya idul fitri kita diperintahkan untuk menuaikan zakat sedang di idul adha kita diperintahkan untuk menyembelih hewan kurab. Yang kesemua itu menandakan bahwa setiap perilaku dan ritual keimanan selalu dibarengi dengan amal sholeh berupa kepedulian pada realitas sosial.
Bahkan tidaklah cukup kita ibadah ritual sholat belaka apabila tidak dibarengi dengan upaya untuk bersikap peduli pada orang yang lebih papa, bahkan hal ini kategorikan sebagai perilaku yang mendustakan nilai-nilai agama. Sebagaimana firmanNya.
“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama,  Itulah orang yang tidak memberikan hak anak yatim, dan tidak menganjurkan memberikan bantuan pada orang miskin, Maka celakalah bagi orang yang sholat. Yaitu mereka yang lalai dalam sholatnya. yaitu orang yang berbuat riya dan enggan memberikan bantuan (pertolongan) (Q.S : Al Ma’un : 1-7)
Semua ini menandakan bahwa keimanan tidaklah terlepas dari amal soleh yaitu suatu upaya sungguh-sungguh untuk mewujudkan keimanan dalam realitas nyata yang berhubungan langsung dengan optimalisasi nilai-nilai kemanusiaan dan kepedulian sosial sebagai wujud hablum minan naas.
Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamdu
Dari sekian banyak ayat Allah tersebut memberikan kesan makna kepada diri kita bahwa  :
1.       Pertama, Keimanan yang diikrarkan oleh setiap orang yang beriman haruslah diuji. Ujian keimanan bertujuan untuk membuktikan keyakinannya itu dan menguatkan kembali derajat keimanannya. Ada banyak cara untuk menguji keimanan seseorang. Ada yang diuji dengan sedikitnya harta, jiwa dsb sebagaimana firmanNya :
Apa yang terjadi pada masyarakat mentawai dan sekitar lereng merapi adalah ujian terhadap jiwa dan hartanya. Demikian pula ujian tersebut tidaklah semata untuk mereka melainkan juga ujian untuk kita-kita yang jauh dari daerah bencana itu yaitu berupa ujian kepedulian terhdap penderitaan mereka. Tentunya dengan membantu, menyantuni dan ikut meringankan beban mereka baik dengan harta kita maupun jiwa kita.
2.       Makna yang kedua adalah bahwa tidaklah sempurna nilai keimanan setiap kita apabila kita tidak mau peduli dengan nasib orang-orang yang papa. Demikianlah bahwa kita akan tergolong orang yang mendustakan nilai-nilai agama kita apabila kita tidak bersedia untuk membantu saudara-saudara kita yang sekarang dilanda bencana. Bahkan dalam setiap kebahagiaan yang kita alami seperti sekarang ini seyogyanya sikap kita adalah mencoba berempati dan ikut merasakan apa yang sekarang sedang mereka rasakan. Banyak diantara saudara-saudara kita yang pada saat ini mungkin tidak bisa merasakan kebahagiaan seperti yang dialami oleh kita, hidup dalam keadaan tenang, rumah dan tempat tinggal yang nyaman, dapat memakai baju baru, makan dengan makanan yang nikmat. Namun cobalah lihat dan bayangkan mereka yang sekarang menjadi korban tsunami di mentawai dan korban letusan api di gunung merapi, hidup desak-desakan dan tidak nyaman di pengungsian, rumah rusak karena diterjang tsunami dan gulungan awan panas serta tertimbun debu dan pasir merapi, sebagian keluarga hilang dan bahkan ada yang meninggal, istri ditinggal mati suaminya, anak ditinggal mati oleh orang tuanya, bahkan ada seorang korban yang seluruh keluarga besarnya meninggal akibat menjadi korban tsunami mentawai atau letusan gunung merapi. Tidakkah semua itu mampu mengetuk hati kita untuk peduli pada mereka.
Suatu ketika Rasulullah ditanya sahabat tentang amal apa yang paling utama, Rasul Saw menjawab : seutama-utama amal kebajikan adalah memasukkan rasa bahagia pada hati orang yang beriman, yaitu melepaskannya dari rasa kelaparan dan membebaskannya dari rasa ketakutan.
3.       Ketiga, dalam Alqur’an kata iman selalu digandeng dengan dengan kata amal sholeh, artinya karena iman didefinisikan sebagai “Tasdiqun bi al Qolbi, wa iqrarun bil lisan wa amalun bi al Arqan (Meyakini dengan hati, mengiqrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan perbuatan), maka ia butuh perwujudan dan realisasi kongkrit berupa amal sholeh, sehingga sejatinya Iman dan amal adalah dua hal yang tidak bisa dipisah satu sama lain.
artinya bahwa keimanan tidaklah sempurna tanpa kita berupaya untuk mewujudkannya menjadi sebuah kenyataan yaitu amal yang terbaik  (sholeh). Yaitu amal yang dilandasi oleh nilai keikhlasan.. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. Mulanya berkurban dengan bersedekah roti, kemudian menyembelih anak sapi, kambing dan biri-biri. Beliau adalah seorang yang terlambat mendapatkan anak, dan ketika telah dikarunia seorang anak yakni Ismail, ujian datang dengan perintah agar menyembelih sang anak terkasih. Ibrahim patuh, taat dan berserah diri kepada Allah. Begitu juga Ismail, puteranya, pasrah dan bersabar. Kalimat yang keluar dari mulut kedua orang suci itu hanyalah takbir, tahlil, dan tahmid. Kalimat inilah yang kini dikumandangkan setiap menyongsung Idul Fitri maupun dalam merayakan Idul Adha. Kalimat takbir berarti yang paling agung (akbar) hanyalah Allah, kalimat tahlil adalah sikap tauhid, tidak ada Tuhan selain Allah, dan tahmid adalah segala puji, sanjung dan penghargaan hanyalah milik Allah.
Dari sinilah bahwa perintah berkurban itu kita pelajari. Pada hari raya idul adha ini Allah mensyariatkan kepada kita untuk menyembelih hewan qurban maka sejatinya anjuran tersebut semata hanyalah demi menguji keimanan untuk menjadikan diri kita lebih dekat pada Allah, kurban adalah ujian tentang ketulusan, kesabaran menghadapi berbagai dinamika kehidupan, terutama perhatian dan kecintaannya kepada sesama manusia sebagai makhluk Allah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahilhamdu
Untuk itu dalam idul adha yang penuh keprihatinan atas berbagai bencana yang menimpa negeri kita ini, alangkah indahnya jika setiap kita membangun kepedulian dengan banyak membantu sesama khususnya mereka yang sedang ditimpa musibah dan bencana. Apabila sebagian kita ada yang menyembelih hewan kurban dan pada sebagian yang lain mungkin belum berkurban maka hari ini saya ingin mengajak pada semuanya untuk belajar berkurban dengan apa yang kita miliki dari sebagian harta kita untuk mereka-mereka yang sedang dirundung duka karena tertimpa musibah. Kalau misalkan sekiranya setiap orang diantara kita yang hadir sekarang mengeluarkan uang Rp. 10.000 saja untuk membantu mereka, dan jika di kampung ini ada 300 orang, maka akan terkumpul uang Rp. 3.000.000 dan itu cukup untuk membantu meringankan sebagian dari duka mereka. Dan setidaknya pula kita telah membuktikan kepada Allah akan keimanan kita untuk beramal sholeh dan peduli kepada sesama.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahilhamdu
Akhirnya diceritakan bahwa pada saat perjalanan isra’ mi’raj sebelum mencapai sidratul muntaha, Rasululloh saw mendengar doa para malaikat penjaga arsy yang tak henti-henti mendoakan kaum mu’minin. Peristiwa ini dilukiskan dalam QS . 40 : 7 sebagai berikut :

(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Anda meliputi segala sesuatu, Maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Anda dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala, Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga ‘Adn yang Telah Anda janjikan kepada mereka dan orang-orang yang sholeh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Andalah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Untuk itu apabila kita ingin selalu didoakan oleh malaikat maka berimanlah kepada Allah, bertaubatlah dengan sungguh-sungguh dan beramallah dengan amal yang terbaik (amal sholeh) dan janganlah kita tunda-tunda untuk melakukan amal sholeh itu apabila telah ada niat di dalam dada.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal soleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguh-nya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS: An-Nahl: 97)
 Akhirnya, marilah kita renungkan kembali firman Allah:
” Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri pada Allah). Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari Rahmat Allah). (Q.S. Al Kautsar [108]: 1-3).

Demikian khutbah Idul Adha dalam kesempatan ini, mudah-mudahan kita mendapat kekuatan untuk bisa meneladani sikap dan sifat Nabi Allah Ibrahim AS, dalam membangun kekuatan keimanan sehingga dapat kita jadikan modal utama dalam menghadapi berbagai masalah dan cobaan yang mendera masyarakat dan bangsa kita tercinta ini. Yang terakhir, mari kita berdo’a ke hadirat Allah SWT dengan hati yang khusyu’ dan penuh harap.
Malang, 17 November 2010
Khotbah oleh : Akh. Muwafik Saleh, S.Sos, M.Si (penulis buku : Bekerja dengan hati Nurani, penerbit Erlangga Jakarta)
Ijin Penulis : Kami memperkenankan naskah khotbah tersebut di atas untuk di pergunakan oleh kaum muslimin dalam kepentingan amal sholeh apapun.

Tidak ada komentar: