PUBLIC RELATIONS ORGANISASI DAKWAH
Oleh : Akh. Muwafik Saleh, S.Sos,M.Si
PR DALAM ORGANISASI :
1. The Art of Communication
2. State of Being
FUNGSI PR :
1. Manajemen komunikasi
2. Untuk menjalin hubungan baik dengan semua publik (internal / eksternal)
3. Mencipta saling pengertian publik
4. Menjamin opini positif bagi organisasi
5. Alat manajemen : monitor opini publik
6. Membangun Citra Positif bagi organisasi
PRINSIP KOMUNIKASI
1. Komunikasi Suatu Proses Simbolik
2. Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi
3. Komunikasi Terjadi Dalam Konteks Ruang dan Waktu
4. Semakin Mirip Latar Belakang Sosial Budaya Semakin Efektif Tindak Komunikasi.
5. Komunikasi Bersifat Irreversible
MENGAWALI HUBUNGAN BAIK DALAM BERKOMUNIKASI
1. Kerahkan pikiran positif
2. Perlakukan setiap orang penting
3. Kembangkan jabat tangan sensasioal
4. Tatap matanya sementara anda jabat tangan
5. Ingat namanya dengan baik
6. Tersenyum 5 detik lebih lama secara ajaib
7. Hidupkan empati, tanggapi perasaan orang lain
8. Tataplah secara antusias & Bangun antusiasme anda :
- arahkan posisi tubuh,
- pertahankan senyuman (bibir simetris),
- lakukan kontak mata langsung penuh perhatian &
anggukkan kepala 3 :1,
- ungkapkan : ya,ya ..,
- pelihara kekaguman anak-anak pada dunia
9. Jangan SOK : Salahkan, Omeli, Kritik
10. KEY WORD : BERSIKAPLAH RAMAH & HANGAT DG SETIAP ORANG
APA YANG DILAKUKAN PR ORGANISASI ?
- PR WRITING : news letter (brosur, pamflet, internet dsb)
- GOOD RELATIONSHIP : internal, eksternal, interpersonal communications, SMS, small letter
- MONITOR OPINI PUBLIK : POP
- MANAJEMEN ISU / OPINI
- MEDIA RELATIONS : Konferensi pers, pers release, pers gathering
- JUBIR ORGANISASI
- LOBBYING
- COMPANY PROFILE
- SPECIAL EVENT : Exhibition, Festival, Fair, Open House, Seminar, Parade dsb
- MANAJEMEN KRISIS
- DOKUMENASI & KLIPING
- PUBLISITAS
KETERAMPILAN YANG HARUS DIMILIKI
- Communications skill
- Good Relationship Skill
- Persuasive skill
- Lobbying skill
- PR Writing skill
· PR adalah penerapan strategi komunikasi dalam menjalin hubungan baik dengan publik untuk kepentingan organisasi
· Jadilah setiap individu PR bagi organisasi untuk memajukan dakwah Islam
KISAH PUBLIC RELATIONS PERTAMA DALAM ISLAM
MUS’AB BIN UMAIR : DUTA PERTAMA KE MADINAH
Mush’ab bin Umair. Ia lahir dan dibesarkan dalam kesenangan, serba berkecukupan, biasa hidup mewah dan dimanjakan oleh kedua orang tuanya.
Namun ketika ia kemudian memilih mengikuti Rasulullah saw, ditinggalkanlah semuanya itu. Suatu hari ia tampil di hadapan beberapa orang muslimin yang sedang duduk di sekeliling Rasulullah saw. Demi memandang Mush’ab, mereka sama menundukkan kepala dan memejamkan mata, sementara beberapa orang matanya basah karena duka. Mereka melihat Mush’ab memakai jubah usang yang bertambal-tambal, padahal belum lagi hilang dari ingatan mereka pakaiannya sebelum masuk Islam – tak ubahnya bagaikan kembang di taman, berwarna warni dan menghamburkan bau yang wangi.
Adapun Rasulullah, menatapnya dengan pandangan penuh arti, disertai cinta kasih dan syukur dalam hati, pada kedua bibirnya tersungging senyuman mulia, seraya berkata: ”Dahulu saya lihat Mush’ab ini tidak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orangtuanya, kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Demikian Mush’ab meninggalkan kemewahan dan kesenangan yang dialaminya selama itu, dan memilih hidup miskin dan sengsara. Pemuda ganteng dan parlente itu, kini telah menjadi seorang melarat dengan pakaiannya yang kasar dan usang sehari makan dan beberapa hari menderita lapar. Tetapi jiwanya yang telah dihiasi dengan aqidah suci dan cemerlang berkat sepuhan Nur Ilahi, dengan fikiran yang cerdas dan budi yang luhur, sifat zuhud dan kesungguhan hati, telah mengubah dirinya menjadi seorang manusia lain, yaitu manusia yang dihormati, penuh wibawa dan disegani. Mush’ab adalah duta pertama yang diutus Rasulullah saw kepada penduduk kota Madinah.
Sesampainya di Madinah, Mush’ab singgah di rumah As’ad bin Zurarah. Sementara itu ada dua orang yang bernama Sa’adz bin Mu’adz dan Usaid bin Hudhair, keduanya adalah pemimpin suku Bani Abdil Asyhal. Keduanya adalah penganut kepercayaan nenek moyang mereka.
Ketika mendengar berita tentang Mush’ab, Sa’ad berkata kepada Usaid, “Pergilah, temui orang yang telah memasuki wilayah kita dan mengelabui masyarakat kita yang lemah itu. Usir keduanya dan jangan sekali-kali diperbolehkan mendatangi kaum kita. Kalau bukan karena keberadaan As’ad niscaya aku sudah pergi mendatangi mereka dan tidak menyuruhmu. Seperti yang kamu ketahui, ia (As’ad bin Zurarah) adalah anak bibiku.”
Usaid mengambil tombaknya lalu pergi mendatangi Mush’ab dan As’ad. Bagaikan singa hendak menerkam, Usaid berdiri di depan keduanya, bentaknya, “Apa maksud kalian datang kepada kami dan menipu orang-orang yang lemah? Tinggalkanlah kami, jika kalian masih menyayangi nyawa kalian!”
Tetapi Mush’ab tetap tenang dengan air muka yang tidak berubah. Seperti tenang dan mantapnya samudera dalam, laksana terang dan damainya fajar, terpancarlah ketulusan hatinya, dan berkatalah ia dengan perkataan yang lemah lembut, “Bagaimana jika Anda duduk terlebih dahulu dan mendengarkan perkataan kami? Seandainya Anda menyukai nanti, maka ambillah. Sebaliknya jika tidak, kami akan menghentikan apa yang tidak Anda sukai itu”
Sikap tenang dan lembut inilah yang dapat melunakkan hati sekeras apapun. Usaid berkata, ”Anda berlaku adil.” Kemudian ia meletakkan tombaknya dan duduk. Mush’ab lalu memberitahukan dan menjelaskan kepadanya tentang Islam dan membacakan ayat-ayat Al Qur’an
Demi mendengar Mush’ab, maka cahaya hidayah pun menerangi hati Usaid, kemudian ia berseru,”Alangkah indahnya ajaran-ajaran ini. Apa yang kalian perbuat tatkala hendak memasuki agama ini?” Mush’ab menjawab,”Mandilah dan bersihkan kedua pakaianmu. Kemudian ucapkanlah syahadat dan setelah itu dirikanlah sholat.” Usaid kemudian bangkit untuk mandi dan membersihkan pakaiannya, lalu mengucap syahadat dan dilanjutkan dengan sholat dua rakaat. Kemudian ia berkata, ”Ada seorang laki-laki, jika ia masuk Islam, maka seluruh kaumnya akan mengikutinya. Saya akan menyuruhnya menghadap kalian. Orang itu bernama Sa’ad bin Mu’adz.”
Demikianlah, apa yang terjadi pada Usaid kemudian terjadi pula pada Sa’ad bin Mu’adz. Setelah mendengar uraian Mush’ab, Sa’ad pun merasa puas dan masuk Islam pula, disertai kaumnya, Bani Abdul Asyhal. Keduanya menceritakan, ”Demi Allah, kami sudah melihat pada wajahnya pancaran cahaya Islam, sebelum ia berkata dengan wajah yang lebih ceria.”
Hikmah:
Akhlak yang baik dan penampilan yang menarik, wajah yang ceria berhias senyum, pandangan tulus penuh kasih sayang dan penuh rasa cinta karena Allah yang ditujukan pada hati, serta tutur kata yang lemah lembut, akan membuat orang yang baru saja memandang menjadi tertarik dan simpati. Karena pada hakikatnya, dakwah adalah menawarkan sebuah risalah dan landasan pola berpikir yang tercermin dalam akhlak, kepribadian, dan penampilan. Imam Hasan Al-Banna pernah mengatakan, ”Seorang muslim ibarat buku yang senantiasa terbuka, kemana pun ia berjalan, itu adalah dakwah.”
2 komentar:
subhanallah sekali materi PR yg bpk muwafik sampaikan dlm seminar kammi.terimakasih banyak ats kesediaan wkt bpk.smg allah membalas kebaikan bpk.
Asskum...
kenalin saya andica sadira...panggilan dica.saya sangat tertarik dengan pemikiran2 anda..dan saya berharap anda bersedia menjadi partner dan konselor saya dalam dunia maya...alamat email..andica.sadira@yahoo.co.id alamat facebooknya juga sama...sebelumnya terimakasih...
Posting Komentar